Tahukah kalian sebenarnya siapakah Pop-Star terbesar di Jepang
sejauh ini? Ia memiliki lebih dari 100.000 lagu asli di bawah namanya,
beberapa di antaranya telah beredar di tempat karaoke top di Jepang
selama beberapa tahun berturut-turut, dan sudah memiliki 1,8 juta (yang
akan terus bertambah) pengikut di Facebook. Lebih dari bintang
pop individu dan kelompok lainnya di Jepang, ia telah menjual habis
tiket konser di seluruh dunia dan telah sering muncul pada brand global seperti Louis Vuitton, Google dan Toyota. Dan yang mengejutkan ternyata Pop-Star tersebut bukanlah manusia. Sebaliknya ia adalah suara digital yang dikemas dalam persona humanoid dan setiap mengadakan live show maka wujudnya adalah sebuah hologram.
Dengan deskripsi seperti di atas sudah cukup bukan untuk kalian dapat menebak bahwa Pop-Star tersebut adalah Hatsune Miku. Ya gadis cantik berkuncir ini sudah menjelma menjadi Pop-Star di Jepang. Karakter virtual ini diciptakan oleh Crypton Future Media yang berbasis pada kontraktor software suara pada tahun 2007, dengan menggunakan Yamaha Corporation “vocaloid” teknologi (synthesizer suara menyanyi) dan kemudian dirilis sebagai aplikasi perangkat lunak komputer untuk pasar konsumen. Hanya dalam satu bulan, produk tersebut menjadi software paling sukses pada waktu itu dengan pendapatan lebih dari 57.500.000 Yen, dan karakter utamanya Hatsune Miku mulai memiliki fans fanatik. Dengan cepat bertambahnya fans fanatik Miku dikarenakan saling terkaitnya daya tarik untuk anime dan manga, pesona dengan visual “lucu” dari anak
perempuan. Karena Hatsune Miku bukanlah manusia maka sifatnya pun
dikembalikan lagi kepada para fans untuk membuat watak dari karakter
idolanya tersebut.
Bahkan Hatsune Miku pun telah terkenal
sampai keluar Jepang, seperti penampilannya pada tahun 2011 di Los
Angeles dinikmati oleh sekitar 5000 pasang mata dan 160.000 penonton online.
Kemunculan Hatsune Miku dalam dunia entertainment
Jepang merupakan sebuah terobosan baru dan dapat membuka mata dunia,
karena untuk menjadi bintang pop tidak hanya harus berwujud manusia
tetapi karakter visual buatan manusia pun dapat melakukannya, dan kita
patut mengacungkan dua jempol untuk orang-orang yang bekerja di belakang
layar demi terciptanya karakter visual ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar