Banda Aceh - Lelaki itu berjalan pelan di pematang sawah. Mengenakan seragam kerja lengkap dengan topi dan sepatu boots, ia menuju traktor tangan yang terparkir di bawah pohon kayu. Dengan sigap, mesin traktor ia hidupkan.
Tak menunggu lama, traktor tangan ia bawa ke tengah satu petak sawah. Panasnya sengatan mentari tak menyurutkan semangatnya untuk membajak sawah siang itu. Ia membajaknya secara perlahan-lahan. Sesekali ia menambah kecepatan traktor dan lain kali ia kurangi kecepatannya. Lumpur mulai mengotori hampir seluruh pakaiannya.
Berselang beberapa saat kemudian, sepetak sawah selesai ia bajak. Peluh membasahi wajah lelaki tersebut. Usai istirahat sejenak di bawah rindangnya pohon, ia melanjutkan aktivitasnya. Menjelang sore, ia baru pulang ke rumahnya yang berjarak sekitar 2 kilometer.
Lelaki itu adalah Tgk Bahraini, warga Desa Cot Lamme, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar. Ia sudah menggeluti profesi sebagai operator traktor sejak setahun lalu. Sebelumnya ia berprofesi sebagai teknisi servis handphone maupun komputer di Pasar Lam Ateuk, Aceh Besar.
"Saya berhenti dari servis handphone dan komputer karena tidak sanggup bayar sewa toko," kata Bahraini saat ditemui detikcom di tempatnya membajak sawah, akhir pekan lalu.
Profesi baru itu digeluti Bahraini dengan penuh semangat. Saban hari, ia mampu membajak beberapa petak sawah milik warga kampungnya. Untuk membajak sawah, Bahraini memasang tarif sebesar Rp 1,2 juta per hektare. Tahun ini, ia hanya dapat jatah membajak sawah sebanyak 7 hektare
Tidak ada komentar:
Posting Komentar