Add caption |
Sejarawan Taufik Abdullah yang juga ketua Tim Penyusun Kurikulum Sejarah Indonesia untuk tingkat SLTP mengungkapkan, sampai saat ini timnya belum menghasilkan kata sepakat berkaitan dengan penulisan sejarah pemberontakan G 30 S PKI. "Perdebatannya sangat alot saat memasuki sesi pembahasan sejarah G 30 S PKI," kata Taufik kepada Jawa Pos di gedung LIPI baru-baru ini.
Pangkal perdebatannya, lanjut Taufik, adalah perbedaan mendasar dan cara pandang tim penyusun buku sejarah Indonesia. Sedikitnya ada empat pandangan. Kelompok pertama berpendapat dalang pemberontakan G 30 S PKI, seperti yang ditulis sejarah buku Indonesia selama ini.
Kelompok kedua menyimpulkan Soeharto berada di balik pemberontakan G 3 S PKI. Yang ketiga menuding tentara juga terlibat seperti opini yang berkembang pascareformasi. Keempat, Bung Karno dituding sebagai dalang pemberontakan G 30 S, seperti ditulis beberapa peneliti asing belakangan ini. "Jadi, sampai sekarang belum ada kesimpulan yang pasti," ungkap bekas ketua LIPI yang baru berulang tahun ke-70 itu.
Menyinggung munculnya buku sejarah G 30 S PKI karangan peneliti asing seperti Soekarno File karangan Dhake, Taufik mengatakan, penulisan seperti itu tidak berdasarkan pesanan kelompok tertentu. "Mereka menulis dengan referensi mendalam, dalam rentang waktu cukup lama dan berusaha menulis sejujurnya," ungkap Taufik.
Taufik sendiri semula sedikit kaget dan tidak bisa menerima seorang proklamator, founding father Bangsa Indonesia, dan tokoh nasionalis seperti Bung Karno dituding sebagai pemicu pemberontakan G 30 S PKI. Tapi, Taufik juga mengerti dan tahu betul kredibilitas penulis Soekarno File tadi. Karena itu, Taufik berharap semua pihak berpikir jernih. Sebab, sejarah akan terus berkembang.
"Jangankan soal peristiwa G 30 S PKI. Sejarah Mesir yang berumur ribuan tahun pun masih terus digali kebenarannya oleh para sejarawan dunia," ungkapnya. Taufik mengaku pernah berdiskusi panjang dengan seorang jenderal. Intinya, jenderal tadi menyimpulkan bahwa semua buku sejarah yang pernah ditulis di Indonesia kebenarannya masih fifty-fifty. Artinya, sejarah tadi bisa benar, tapi juga bisa salah. "Makanya, kita jangan terlalu berlebihan dalam menyikapi penulisan sebuah buku," ingatnya.
Taufik menambahkan, Soeharto ikut adil atas misteri pemberontakan G 30 S PKI. Mengapa? Karena Soeharto menolak menyidangkan Bung Karno. Padahal, ada desakan dari MPRS dan Angkatan 66
Tidak ada komentar:
Posting Komentar